Kamis, 06 September 2012

Stock Investing Tips

Only use money you can afford
Do not over commit
Isolate trading from desire for profit
Do not follow the crowd
Stand aside when you are not sure
Do not too many stock once
Do not your entire position on at one price
Cut your losses short
Let profit runs
Avoid picking top & bottom
Buy bullish news sell the fact
Do not be a nickel & dimmer

From: Hary Tanoesoedibjo (Pimpinan MNC Group)

Cara sederhana mengelola keuangan

Mari kita bayangkan perjalanan hidup ini sperti kita mo melakukan travel ke suatu tempat. Dari titik awal pemberangkatan, agar sampai di tujuan dengan selamat,apa saja yang harus dilakukan?
Tentu saja sy harus persiapkan bekal, kendaraan, peralatan kalo2 perlu perbaikan, kotak P3K kalo2 ada yg luka, sakit dsb, peta perjalanan, uang, dan lain-lain.

Sesampainya di tempat tujuan, apa yg akan sy kerjakan di sana ?
Untuk melakukannya, barang2 apa saja yg harus sy persiapkan?
Di mana sy mendapatkan barangnya? Bawa dari tempat pemberangkatan?
Beli di perjalanan? Atau beli di tempat tujuan saja?
Atau tidak perlu beli, sebaiknya pinjam saja?

Anggaplah tempat tujuan itu namanya "keluarga sehat dan sejahtera". Agar bisa sehat, sy harus merawat badan, makan makanan yang sehat, menambahkan supplemen kesehatan apabila perlu, berolah raga. Dan ketika sakit, harus memeriksakannya ke dokter, menyediakan obat dan perawatannya, kalau perlu memastikan operasi saat dibutuhkan.

Agar bisa sejahtera, sy perlu punya uang yg mencukupi apabila ada keperluan2,
seperti, menyediakan kebutuhan sehari-hari, memperbaiki kendaraan, membeli rumah, membayar pulsa telpon, membayar biaya RS, merawat kesehatan, membayar biaya pendidikan, dsb. Selain itu juga dana untuk kebutuhan sosial, seperti membantu orang lain yg kesusahan, menolong kerabat dan kenalan, memberi sumbangan, dan lain-lain.

Agar sy bisa memenuhi kebutuhan keuangan tsb, kita memiliki pendapatan dari pekerjaan/bisnis. Mari kita anggap pekerjaan/bisnis ini sebagai kendaraan kita menuju tempat tujuan. Sebagai kendaraan, tentu saja ada biaya perawatannya. Misalnya biaya transportasi ke kantor, biaya telpon, biaya pengembangan ketrampilan dan masih banyak lagi.

Nah dari semua kondisi tsb, mari kita mulai antisipasi segala sesuatu yg dapat membuat kita gagal mencapai tempat tujuan, setelah itu kita antisipasi juga segala sesuatu yg dapat membuat kita terhambat sampai di tujuan.

Apa yg terjadi kalo pekerjaan sy hilang? bisakah sy sampai tempat tujuan?
Apa yg terjadi kalo pencari nafkah utama sakit?
Apa yg terjadi kalo pasangan atau anak sakit?
Apa yg terjadi kalo pencari nafkah utama meninggal?
Apa yg terjadi kalo asset rusak?
Apa yg terjadi kalo inflasi begitu tinggi sehigga harga2 naik?
Apa yg terjai kalo rumah bocor semua dan tidak bisa ditinggali?
Apa jadinya kalo roda kendaraan kempes tengah jalan ketika menuju kantor?
dsb.. dsb...

Mana kondisi yg menggagalkan.. mana yg cuma menghambat..
Yg kemungkinan menggagalkan mari kita atasi duluan, yg kemungkinan menghambat mari kita atasi setelahnya

Agar bisa mengatasi hambatan dan halangan, ada sebuah tips yg mudah. Apapun yang Anda miliki, usahakan untuk mengalokasikan dana perawatan dan dana rehabilitasinya. Misalnya, u kesehatan.. u kendaraan.. u tempat tinggal... u komputer.. u telepon.. dsb.

Dan ada 2 cara untuk mengalokasikan dana tersebut. Pertama, dengan cara menanggungnya sendiri. Seluruh dana itu kita sisihkan dan kita tabung. Yang kedua dengan cara mengalihkannya ke pihak lain.

Misalnya beli barang baru cari garansi yg panjang...
beli asuransi u kendaraan.. asuransi u rumah... asuransi jiwa dan kesehatan.. dsb

Dengan cara ini mudah bagi kita untuk mengatur keuangan, terutama pengeluaran. Apakah pengeluarannya itu untuk perawatan? Untuk mengantisipasi gangguan atau hambatan? Mempercepat mencapai tempat tujuan? Ataukah tidak ada fungsinya sama sekali?

posted in: Financial Wisdom

Apa bedanya Skema ponzi dan MLM?

Banyak orang berpikir bahwa skemo ponzi merupakan cikal-bakal MLM, padahal tidak. Skema ponzi punya leluhur yang berbeda dengan MLM. Cuma gara-gara contoh MLM menggunakan bentuk yg mirip piramid, orang sering beranggapan kalo MLM dan skema piramid adalah sama. Padahal bedanya juauuh...

Skema piramid adalah bentuk yg terjadi kalo ada penggunaan skema ponzi. Skema ponzi adalah sistem investasi di mana orang terdahulu menerima keuntungan investasi dari setoran orang setelahnya. Agak bingung? Bahasa sederhananya gali lobang tutup lobang.

Misalkan sy pinjam uang 1 juta pada bank A dengan janji sy bayar bunga 10% perbulan. Saat bulan baru, sy ga punya uang lagi, daripada didatengin debt collector yg gede-gede itu akhirnya sy pinjem uang 1,1jt ke bank B dengan bunga 10% perbulan juga. Bulan depannya sy belom punya uang lagi, akhirnya pinjem uang 1,21jt ke bank C dengan bunga lagi-lagi 10%. Begitu terus menerus, semakin lama semakin besar, sampai akhirnya suatu saat bank ga mau minjemin lagi, mungkin karena harta sy ga cukup u jaminan. Akhirnya terungkaplah kalo sy sebetulnya ga punya uang.

Skema ponzi kira-kira seperti itu, cuma pinjamannya jumlahnya sama, jadi yg meningkat adalah jumlah orang yg uangnya dipinjam. Awalnya sy pinjam ke 1 orang. Untuk menutupi pembayaran ke orang pertama ini sy pinjam jumlah yg sama ke 2 orang dengan janji yg sama, jadi nilai pinjamannya 2 kali lipat. Sebagian sy bayarkan ke orang pertama. Untuk membayar orang kedua dan ketiga, sy pinjem lagi ke 4 orang dengan janji yg sama... begitu seterusnya sampai ada pembayaran yg macet karena kewajiban bayarnya lebih besar dari dana yg ada.

Tetapi akan berbeda kalo investasi di perniagaan. Misalkan sy pinjam uang 1 juta ke A untuk sy belikan barang dan sy jual dengan keuntungan 30%. A akan mendapat sharing 10% dari penjualan. Bulan selanjutnya B dan C bergabung, sehingga modal beli barangnya jadi 3 juta. Setelah semua terjual, A, B, dan C masing2 mendapat sharing 10%. Apakah yg seperti ini akan rugi? Tidak, selama pembelian barangnya sejumlah yg mampu dijual dalam sebulan.
Begitu barangnya ga laku-laku, mulailah investor rugi.

Lalu bagaimana dengan MLM? Keuntungan MLM didapat dari penjualan produk. Dengan kata lain, MLM menawarkan bisnis perdagangan, sedangkan skema ponzi menawarkan investasi yang memberi keuntungan secara berkala tanpa harus melakukan apapun setelah menyetor modal. Untuk melihat cara MLM bekerja, klik di sini.

Skema ponzi disebut juga zero sum game, uang yg masuk tidak bertumbuh, hanya diputer-puter aja dibagikan lagi ke anggota-anggota.

Menjual sisir pada biksu

Ini cerita yang sy baca di email sebuah milis motivasi. Banyak situs yang sudah menampilkannya, tapi sy ingin melihatnya dari sisi yang lain.


Ada sebuah perusahaan "pembuat sisir" yang ingin mengembangkan bisnisnya, sehingga management ingin merekrut seorang sales manager yang baru. Perusahaan itu memasang IKLAN pada surat kabar.
Tiap hari banyak orang yang datang mengikuti wawancara yang diadakan ... jika ditotal jumlahnya hampir seratus orang hanya dalam beberapa hari.
Kini, perusahaan itu menghadapi masalah untuk menemukan calon yang tepat di posisi tersebut. Sehingga si pewawancara membuat sebuah tugas yang sangat sulit untuk setiap orang yang akan mengikuti wawancara terakhir.
Tugasnya adalah : Menjual sisir pada para biksu di wihara.

Hanya ada 3 calon yang bertahan untuk mencoba tantangan di wawancara terakhir ini (Mr. A, Mr. B, Mr. C).
Pimpinan pewawancara memberi tugas : "Sekarang saya ingin anda bertiga menjual sisir dari kayu ini kepada para biksu di wihara. Anda semua hanya diberi waktu 10 hari dan harus kembali untuk memberikan laporan setelah itu. "Setelah 10 hari, mereka memberikan laporan.

Sepuluh hari kemudian Mr. A, Mr. B, dan Mr. C melaporkan hasil kerjanya,

Pimpinan pewawancara bertanya pada Mr. A :
"Berapa banyak yang sudah anda jual?"
Mr. A menjawab: "Hanya SATU."
Si pewawancara bertanya lagi : "Bagaimana caranya anda menjual?"
Mr. A menjawab: " Para biksu di wihara itu marah-marah saat saya menunjukkan sisir pada mereka. Tapi saat saya berjalan menuruni bukit, saya berjumpa dengan seorang biksu muda - dan dia membeli sisir itu untuk menggaruk kepalanya yang ketombean."

Pimpinan pewawancara bertanya pada Mr. B :
"Berapa banyak yang sudah anda jual?"
Mr. B menjawab : "SEPULUH buah."
"Saya pergi ke sebuah wihara dan memperhatikan banyak peziarah yang rambutnya acak-acakan karena angin kencang yang bertiup di luar wihara. Biksu di dalam wihara itu mendengar saran saya dan membeli 10 sisir untuk para peziarah agar mereka menunjukkan rasa hormat pada patung sang Buddha."

Kemudian, Pimpinan pewawancara bertanya pada Mr. C : "Bagaimana dengan anda?"
Mr. B menjawab: "SERIBU buah!"
Si pewawancara dan dua orang pelamar yang lain terheran-heran.
Si pewawancara bertanya : "Bagaimana anda bisa melakukan hal itu?"
Mr. C menjawab: "Saya pergi ke sebuah wihara terkenal. Setelah melakukan pengamatan beberapa hari, saya menemukan bahwa banyak turis yang datang berkunjung ke sana . Kemudian saya berkata pada biksu pimpinan wihara, 'Sifu, saya melihat banyak peziarah yang datang ke sini. Jika sifu bisa memberi mereka sebuah cindera mata, maka itu akan lebih menggembirakan hati mereka.' Saya bilang padanya bahwa saya punya banyak sisir dan memintanya untuk membubuhkan tanda tangan pada setiap sisir sebagai sebuah hadiah bagi para peziarah di wihara itu. Biksu pimpinan wihara itu sangat senang dan langsung memesan 1,000 buah sisir!"


MORAL DARI CERITA
Kepada siapa anda menjual produk anda, menentukan seberapa besar omset anda:
  • Orang pertama menjual kepada orang untuk memenuhi kebutuhannya, the buyer is the user. 
  • Orang kedua menjual kepada orang untuk memenuhi kebutuhan orang lain, the buyer is the executor but not the user 
  • Orang ketiga menjual kepada orang untuk menciptakan peluang pendapatan baru, the buyer is a seller


Sebenernya ada lagi yg lebih menguntungkan, sayang di cerita ini ga termasuk, yaitu:
  • The buyer is a distributor